PENALARAN MATEMATIKA
Metoda Pembuktian
Definisi memainkan peranan penting di dalam
matematika. Topik-topik baru matematika selalu diawali dengan membuat definisi
baru. Sebagai contoh, teori fungsi kompleks diawali dengan mendefinisikan
bilangan imajiner i, yaitu i2 = -1. Berangkat
dari definisi dihasilkan sejumlah teorema beserta akibat-akibatnya.
Teorema-teorema inilah yang perlu dibuktikan. Pada kasus sederhana, kadangkala
teorema pada suatu buku ditetapkan sebagai definisi pada buku yang lain, begitu
juga sebaliknya. Selanjutnya, untuk memahami materi selanjutnya dibutuhkan
prasyarat pengetahuan logika matematika.
1. Bukti
langsung
Bukti
langsung ini biasanya diterapkan untuk membuktikan teorema yang berbentuk
implikasi p
q. Di sini p sebagai hipotesis digunakan
sebagai fakta yang diketahui atau sebagai asumsi. Selanjutnya, dengan
menggunakan p kita harus menunjukkan berlaku q. Secara logika
pembuktian langsung ini ekuivalen dengan membuktikan bahwa pernyataan p
q benar dimana diketahui p benar.
Contoh Buktikan, jika x bilangan
ganjil maka x2 bilangan ganjil.
Bukti. Diketahui x ganjil, jadi dapat ditulis sebagai x = 2n - 1
untuk suatu bilangan
bulat n.
Selanjutnya,
m
|
Karena m
merupakan bilangan bulat maka disimpulkan x2 ganjil.
2. Bukti
tak langsung
Kita tahu
bahwa nilai kebenaran suatu implikasi p
q ekuivalen dengan nilai kebenaran kontraposisinya
~q
~p. Jadi pekerjaan membuktikan kebenaran pernyataan implikasi
dibuktikan lewat kontraposisinya.
Contoh Buktikan, jika x2
bilangan ganjil maka x bilangan ganjil.
Bukti. Pernyataan ini sangat sulit dibuktikan secara langsung. Mari kita coba
saja. Karena x2 ganjil maka dapat ditulis x2
= 2m + 1 untuk suatu bilangan asli m. Selanjutnya x =
tidak dapat
disimpulkan apakah ia ganjil atau tidak. Sehingga bukti langsung tidak dapat
digunakan. Kontraposisi dari pernyataan ini adalah
”Jika x genap maka x2
genap”.
Selanjutnya
diterapkan bukti langsung pada kontraposisinya. Diketahui x genap, jadi
dapat
ditulis x = 2n untuk suatu bilangan bulat n. Selanjutnya,
m
|
yang
merupakan bilangan genap.
3. Bukti kosong
Bila
hipotesis p pada implikasi p
q sudah bernilai salah maka implikasi p
q selalu benar apapun nilai kebenaran dari q.
Jadi jika kita dapat menunjukkan bahwa p salah maka kita telah berhasil
membuktikan kebenaran p
q.
Contoh Didalam teori himpunan kita
mengenal definisi berikut :
Diberikan
dua himpunan A dan B. Himpunan A dikatakan himpunan bagian
dari B, ditulis A
B jika pernyataan berikut dipenuhi : ”jika x
A maka x
B”. Suatu himpunan dikatakan himpunan kosong jika
ia tidak mempunyai anggota.
Buktikan,
himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari himpunan apapun.
Bukti. Misalkan A =
suatu
himpunan kosong dan B himpunan sebarang. Kita akan tunjukkan bahwa
pernyataan ”jika x
A maka x
B” bernilai benar. Karena A himpunan kosong
maka pernyataan p yaitu x
A selalu
bernilai salah karena tidak mungkin ada x yang menjadi anggota himpunan
kosong. Karena p salah maka terbuktilah kebenaran pernyataan ”jika x
A maka x
B”, yaitu A
B. Karena B himpunan sebarang maka bukti
selesai.
4. Bukti trivial
Bila pada
implikasi p
q, dapat ditunjukkan bahwa q benar maka
implikasi ini selalu bernilai benar apapun nilai kebenaran dari p. Jadi
jika kita dapat menunjukkan bahwa q benar maka kita telah berhasil membuktikan
kebenaran p
q.
Contoh 4. Buktikan, jika 0 < x < 1 maka 0 <
Bukti. Karena pernyataan q, yaitu 0 <
selalu benar untuk setiap x bilangan real termasuk x di
dalam interval (0,1) maka secara otomatis kebenaran pernyataan ini
terbukti.
5. Bukti dengan kontradiksi
Metoda ini
mempunyai keunikan tersendiri, tidak mudah diterima oleh orang awam. Dalam
membuktikan kebenaran implikasi p
q kita berangkat dari diketahui p dan ~q. Berangkat dari dua asumsi ini kita akan
sampai pada suatu kontradiksi. Suatu kontradiksi terjadi bilamana ada satu atau
lebih pernyataan yang bertentangan.
Contoh
pernyataan kontradiksi : 1 = 2, -1 < a < 0 dan 0 < a
< 1, ”m dan n dua bilangan bulat yang relatif prime”dan”m
dan n keduanya bilangan genap”.
Contoh Buktikan, jika x2
bilangan ganjil maka x bilangan ganjil.
Misalkan x bilangan genap, maka x dapat ditulis x = 2n untuk suatu bilangan bulat n.
Selanjutnya,
m
|
yang
merupakan bilangan genap. Padahal diketahui x2 adalah
bilangan ganjil, terjadi kontradiksi. Artinya, asumsi bahwa x bilangan genap adalah salah.
Bila
dicermati ada kemiripan bukti dengan kontradiksi dan bukti dengan kontraposisi.
Untuk menjelaskan perbedaan kedua metoda ini kita perhatikan struktur pada keduanya
sebagai berikut :
• Pada metoda kontradiksi, kita
mengasumsikan p dan ~q, kemudian membuktikan adanya kontradiksi.
• Pada bukti dengan kontraposisi, kita
mengasumsikan ~q, lalu membuktikan ~p.
Asumsi
awal kedua metoda ini sama, pada metoda kontraposisi tujuan akhirnya sudah jelas
yaitu membuktikan kebenaran :p, sedangkan pada metoda kontradiksi tujuan
akhirnya tidak pasti pokoknya sampai bertemu kontradiksi. Secara khusus jika kita sampai pada pernyataan: p maka kontradiksi sudah ditemukan. Jadi
metoda kontraposisi merupakan kasus khusus dari metoda kontraposisi.
6. Bukti
eksistensial
Ada dua
tipe bukti eksitensial ini, yaitu konstruktif dan takkonstruktif. Pada metoda
konstruktif, eksistensinya ditunjukkan secara eksplisit. Sedangkan pada metoda
takkonstruktif, eksistensinya tidak diperlihatkan secara eksplisit.
Contoh 7. Buktikan, ada bilangan irrasional x dan y
sehingga xy rasional.
Bukti. Kita sudah mengetahui bahwa
irrasional, Jadi salah satu pasangan (x,y),
dengan x = y =
, pasti
memenuhi pernyataan yang dimaksud.
Pada bukti ini hanya ditunjukkan eksistensi
bilangan irrasional x dan y tanpa memberikannya secara eksplisit.
Ini dikenal dengan istilah pembuktian eksistensi non konstruktif.
Contoh 8. (Bartle and Sherbert, 1994). Bila a dan b bilangan real
dengan a < b
maka
terdapat bilangan rasional r dengan a < r < b.
Bukti.
Diperhatikan bahwa
suatu bilangan
real positif. Menurut sifat Archimedes terdapat bilangan asli n sehingga
n >
. Untuk n
ini berlaku nb - na > 1
(*)
Sekarang
ambil m sebagai bilangan bulat pertama yang lebih besar dari na,
dan berlaku
m - 1
na < m
(**)
Dari (*)
dan (**) diperoleh
na <
m
na + 1 < nb:
Bentuk
terakhir ini dapat ditulis na < m < nb, dan dengan membagi semua
ruas dengan n, didapat
a <
< b
dan dengan
mengambil r =
maka bukti
Teorema selesai.
Dalam
mebuktikan eksistensi bilangan rasional r, ditempuh dengan
langkah-langkah konstruktif sehingga bilangan rasional yang dimaksud dapat
dinyatakan secara eksplisit. Ini bukti eksistensial dengan konstruktif.
7. Bukti
ketunggalan
Dalam
membuktikan ketunggalan, pertama harus ditunjukkan eksistensi suatu objek, katakan
objek itu x. Ada dua pendekatan yang dapat ditempuh untuk membuktikan bahwa
x hanya satu-satunya objek yang memenuhi, yaitu
• Diambil objek sebarang, katakan y maka
ditunjukkan y = x, atau
• Misalkan y objek sebarang lainnya
dengan y
y,
ditunjukkan adanya suatu kontradiksi. cara ini tidak lain menggunakan metoda
kontradiksi seperti yang sudah dibahas sebelumnya.
Contoh 10. Pada pengantar analisis real, biasanya kita
menggunakan definisi limit barisan sebegai berikut :
Misalkan (xn
: n
N) suatu barisan bilangan real. Bilangan
real x dikatakan limit dari (xn : n
N), dan ditulis lim(xn) =
x jika dan hanya jika untuk setiap
> 0
yang diberikan terdapat bilangan asli K sehingga
<
untuk setiap n
K:
Kemudian,
disusun teorema berikut ”Jika limit barisan (xn) ada maka
ia tunggal.”
Bukti. Di sini tidak diperlukan bukti eksistensi karena kita hanya akan membahas barisan
yang mempunyai limit, atau eksistensinya sudah diasumsikan. Sekarang kita gunakan
pendekatan kedua. Andaikan barisan X := (xn) mempunyai
dua limit yang berbeda, katakan xa dan xb dengan
xa
xb.
Diberikan
:=
Karena
lim(xn) = xa maka untuk
ini
terdapat Ka sehingga
<
untuk setiap n
Ka:
Juga,
karena lim(xn) = xb maka terdapat Kb
sehingga
<
untuk setiap n
Kb:
Sekarang
untuk n
maks
maka
berlaku
=
+
<
+
=
Akhirnya
diperoleh
<
suatu
pernyataan yang kontradikstif. Pengandaian xa
xb salah dan haruslah xa =
xb , yaitu limitnya mesti tunggal.
8. Bukti dengan counter example
Untuk
membuktikan suatu konjektur terkadang kita membutuhkan penjabaran yang cukup
panjang dan sulit. Tapi bila kita dapat menemukan satu saja kasus yang tidak memenuhi
konjektur tersebut maka selesailah urusannya.
Contoh 11. Misalkan ada konjektur berikut :
”Untuk setiap n bilangan asli maka
+ 1
merupakan bilangan prima”
Bukti. Pernyataan ini berlaku untuk setiap bilangan asli n. Tapi bila bila
ditemukan satu bilangan asli, katakan
dan
+ 1 tidak prima (komposit) maka konjektur ini tidak
benar. Diperhatikan beberapa kasus berikut, untuk n = 1 diperoleh
bilangan 5, n = 2 menghasilkan 17, n = 3 menghasilkan 257 dan n
= 4 menghasilkan 65537. Keempat bilangan ini prima. Coba perhatikan untuk n
= 5, diperoleh
225 + 1 = 4294967297 =
(641)(6700417).
Ternyata
bukan prima. Nah, n = 5 merupakan contoh penyangkalan (counter
example). Akhirnya disimpulkan bahwa konjektur ini salah.
9. Bukti dengan induksi matematika
Secara umum penalaran di dalam matematika
menggunakan pendekatan deduktif. Tidak dapat dibayangkan bagaimana orang dapat
membuktikan kebenaran pernyataan yang memuat kalimat ”untuk setiap
> 0 .
. . ”, ”untuk setiap bilangan asli n . . .”, ”untuk setiap fungsi
kontinu f . . .”, dan lain-lain. Tidak mungkin dapat ditunjukkan satu
per satu untuk menunjukkan kebenaran pernyataan tersebut. Tapi ada salah satu
pola penalaran pada matematika yang menggunakan prinsip induksi, biasanya
disebut induksi matematika. Prinsip induksi matematika ini adalah untuk
inferensi terhadap pernyataan tentang n dimana n berjalan pada
himpunan bilangan bulat, biasanya himpunan bilangan asli N atau pada himpunan
bagian bilangan asli, N1
N.
Biasanya pernyataan tentang bilangan asli n dinyatakan dengan P(n).
Contoh 12. Untuk setiap n
N, berlaku
1+2+3+......+n =
(n+1). Diperoleh
P(1) : 1 =
(1)(1 + 1)
P(3) : 1 + 2 + 3 =
(3)(3 + 1)
P(6) : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 =
(6)(6 + 1)
Teorema 1.
Misalkan S himpunan bagian dari N yang mempunyai sifat-sifat berikut
(i) 1
S
(ii) k
S
k + 1
S.
Maka S = N.
Bukti. Lihat
(Bartle dan Sherbet, 1994).
Bila P(n)
suatu pernyataan tentang n bilangan asli maka P(n) dapat
bernilai benar pada beberapa kasus atau salah pada kasus lainnya. Diperhatikan P(n)
: bahwa n2
2n
hanya benar untuk P(2); P(3); P(4) tetapi salah untuk
kasus lainnya. Prinsip induksi matematika dapat diformulasikan sebagai berikut:
Misalkan untuk tiap n
2 N menyatakan pernyataan tentang n. Jika
(i) P(1) benar,
(ii) jika P(k) benar maka P(k
+ 1) benar,
maka P(n) benar untuk setiap n
N.
Kembali
kita dituntut membuktikan kebenaran implikasi p
q pada
(ii). Di sini kita perlu membuktikan kebenaran pernyataan P(k+1)
dengan diketahui kebenaran P(k).
Contoh 13.
(Ketidaksamaan Bernoulli). Jika x > -1 maka untuk setiap n
N berlaku
(1 + x)n
1 + nx: (KB)
Bukti. Dibuktikan dengan induksi matematika. Untuk n = 1 kedua ruas pada
(KB) menjadi kesamaan. Diasumsikan berlaku untuk n = k, yaitu
berlaku (1+x)k
1+kx.
Untuk n
= k + 1, diperoleh
(1 + x)k
1 + kx [ diketahui ]
(1 + x)k+1 = (1 + x)k(1
+ x)
(1 + kx)(1
+ x)
=
1 + (k + 1)x + kx2
1 + (k + 1)x:
Jadi
berlaku untuk n = k + 1. Perhatikan pada baris kedua, kedua ruas dikalikan dengan (1+ x)
suatu bilangan positif karena x > -1. Jadi tanda ketidaksamaan tidak berubah.
Satu lagi varian metoda induksi adalah dikenal
dengan prinsip induksi kuat yang dinyatakan sebagai berikut :
Misalkan untuk tiap n
N menyatakan pernyataan tentang n. Jika
(i) P(1) benar,
(ii) jika P(1), P(2),...., P(k)
benar maka P(k + 1) benar,
maka P(n) benar untuk setiap n
N.
Contoh 14. Diberikan barisan (xn) yang
didefinisikan secara rekursif berikut
x1 := 1; x2 := 1;
xn+1 :=
untuk n > 1:
Misalkan P(n)
: 1
xn
2 . Buktikan P(n) berlaku untuk semua n
N.
Bukti. Kita terapkan prinsip induksi matematika kuat.
- Untuk n = 1, diketahui x1 = 1. Jadi P(1) benar.
- Diasumsikan P(1), P(2),....., P(k) benar, yaitu berlaku 1 x1 2, 1 x2 2, 1 x3 2, . . . , 1 xk-1 2, 1 xk 2. Dari kedua ketaksamaan terakhir 1 xk-1 2, 1 xk 2, bila dijumlahkan diperoleh
2
4, 1
= xk+1
2
Ini berarti P(k + 1) benar. Jadi
terbukti P(n) berlaku untuk semua n
N.
10. Bukti
dua arah
Ada kalanya suatu pernyataan berupa bi-implikasi, p
q. Ada dua kemungkinan bi-implikasi bernilai benar
p
q yaitu p benar dan q benar, atau p
salah dan q salah. Dalam prakteknya, pernyataan ini terdiri dari p
q dan q
p. Membuktikan kebenaran bi-implikasi p
q berarti membuktikan kebenaran kedua implikasi p
q dan q
p. Selanjutnya dapat menggunakan bukti
langsung, taklangsung atau mungkin dengan kontradiksi.
Contoh 15. Buktikan, suatu bilangan habis dibagi sembilan
jika hanya jika jumlah angka-angka pembangunnya habis dibagi sembilan.
Bukti. Sebelum kita buktikan, dijelaskan terlebih dulu maksud dari pernyataan ini
dengan contoh berikut. Ambil bilangan 135, 531, 351, 513, 315, 153, maka
semuanya habis dibagi 9. Coba
periksa satu per satu. Misalkan
p suatu bilangan bulat, maka dapat disajikan dalam bentuk
p = xnxn-1xn-2.....
x2x1 x0
dimana xn
0; xn-1,.....,x0
bilangan bulat taknegatif.
Sedangkan
nilai p ini dapat ditulis dalam bentuk berikut :
p = x0 + x1101
+ x2102 +
. . . + xn10n
Jumlah
angka-angka pembangunnya adalah
s = x0 + x1 + x2
+ . . . + xn.
Pertama
dibuktikan (
), yaitu diketahui p habis dibagi 9, dibuktikan
s habis dibagi 9. Karena p habis dibagi 9 maka dapat ditulis p
= 9k untuk suatu bilangan bulat k. Diperhatikan selisih p
- s,
p - s = x0 + x1101
+ x2102 +
. . . + xn10n – (x0 + x1
+ x2 + . . . + xn)
= (10 - 1)x1
+ (102 - 1)x2 + . . . + (10n
- 1)xn
Diperhatikan bilangan pada ruas kanan selalu habis
dibagi sembilan, misalnya ditulis
9m untuk suatu bilangan bulat m. Jadi diperoleh
9k - s = 9m
s = 9(k
- m)
yaitu s habis dibagi 9. Selanjutnya dibuktikan
(
), yaitu diketahui s habis dibagi 9, dibuktikan
p habis dibagi 9. Diperhatikan
p = x0 + x1101 + x2102 + . . . +
xn10n
= x0 + x1 (101-1) + x2 (102 -1)+ . . . + xn (10n -1) + x1 + x2
+ . . . + xn.
= [x0
+ x1 + x2 + . . . + xn
] + [x1 (101-1)
+ x2 (102
-1)+ . . . + xn (10n -1)]
s
|
Karena
bilangan pada kelompok pertama dan kelompok kedua habis dibagi 9 maka terbukti p
habis dibagi 9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar